Hari Senin libur, Cuti Bersama atas dasar instruksi Presiden SBY.
Kontan kami ribut. Riuh. Bertanya-tanya apakah Kepala Sekolah akan mengeluarkan keputusan untuk memulangkan kami ke rumah masing-masing. Tony sudah pesimis. Ia beranggapan bahwa tidak mungkin kami dipulangkan. Beberapa teman lainnya pun begitu. Gue hanya menyimpan doa dalam hati.
Lalu, kabar itu datang. Kami diijinkan untuk dipulangkan, namun bukan di hari Sabtu, melainkan di hari Minggu karena Sabtu malam ada kegiatan Public Speaking atau Latihan Pidato 3 Bahasa. Tidak masalah, yang penting pulang.
Di rumah, Nyokap gue mulai berkomentar mengenai libur dadakan ini.
"Dikiranya ngatur negara kayak mainan, asal ngeliburin aja."
Well, karena masa ini adalah era demokrasi, gue kira nggak ada masalah kalo gue nulis kayak gini di blog ini.
Tapi memang iya, toh? Karena libur dadakan ini, banyak fasos (fasilitas sosial) dan fasum (fasilitas umum) yang mengalami kekacauan. Beberapa armada bus Transjakarta diliburkan, padahal kantor-kantor swasta tidak meliburkan para pegawainya. Alhasil, terjadi penumpukan penumpang yang menyebabkan kekacauan.
Maaf Pak Presiden yang Terhormat, tapi saya kira, untuk mengambil keputusan yang kelihatannya kecil seperti ini, tetap diperlukan pertimbangan yang sematang-matangnya. Jangan sampai merugikan rakyat, karena negara ini bukan hanya berisikan Anda dan kabinet-kabinet Anda, tetapi juga jutaan rakyat yang memiliki kepentingan berbeda-beda.
Maaf sekali lagi, tetapi saya melihat sosok Anda menyerupai sosok Raja Louis XVI dari Perancis. Jika Anda ingin mengetahui seperti apa dia, buka lagi buku Sejarah kelas XI milik Anda.
Anda kelihatannya sibuk sekali mengurusi berbagai masalah internal dan eksternal negeri ini. Korupsi, NII, fasilitas untuk Kaum Dewan, PSSI, dan lainnya. Namun sepertinya ada banyak yang terlewat dari perhatian Anda.
Bagaimana dengan nasib kaum papa, Bapak?
Nasib anak-anak yang menggelandang di jalan?
Sekolah-sekolah yang beratapkan langit dan berlantai bumi?
Jepang dapat bangkit dari kehancurannya di PD II karena pendidikan, Bapak. Mereka mencari guru-guru terbaik di negeri mereka dan memberdayakan mereka untuk membangun negeri mereka. Pendidikan, itu kuncinya, Bapak. Sudahkah Anda memikirkan hal ini?
Tidak heran jika publik justru merindukan masa pemerintahan Orde Baru.
Tuhan, berikanlah segala yang terbaik bagi bangsa ini. Bagi negara Ini.
Amin.
Lose control
Increasing pace
Warped and bewitched
And time to erase
Whatever they say
These people are torn
Wild and bereft
Assassin is born
(Muse - Assasin)
No offense. Gue cuma menyuarakan pendapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
... the space is yours. :)